31.3.13

The Radiator Spring of Bali

Dua minggu lalu gue nyasar lagi ke, Bali.
Apa kabar skripsi anda? Dalam proses :D

Gue akan membagi cerita gue tentang salah satu daerah di Karangasem bernama Candidasa. Sedikit yang tahu, bahkan gue pun juga baru tahu daerah ini. Padahal gue beberapa kali pernah lewat sini, salah satunya ketika menuju kota Amlapura dan pertama kali diving di Tulamben. Candidasa hanya sebuah daerah yang gue lewati tanpa ada ketertarikan tertentu. Kali ini atas keisengan gue mengiyakan ajakan Adenari, my junior high school friend, yang lagi observasi untuk Tugas Akhirnya sebagai mahasiswa DKV untuk bikin publikasi tentang Tenun Bali, yaitu Tenun Ikat Gringsing.

Di Candidasa gue menemukan beberapa tempat yang menarik. 

Ada yang pernah dengar perang Pandan, dimana satu-lawan-satu pemuda saling mencambukan daun pandan ke tubuh lawannya? Kalau pernah dengar, perang ini hanya terjadi di Desa Adat Tenganan, sebuah desa yang kononnya telah menganut agama Hindu sebelum Hindu pertama kali masuk ke Bali, bahkan Indonesia. Weird, huh? But that's the story. Selain perang Pandan, desa tradisional ini terkenal dengan tenun ikat gringsing. Tenun ini begitu unik dan magis karena dibuat dengan teknik double ikat dan butuh pengerjaan selama 2-5 tahun. Pewarnaan kainnya menggunakan pewarna alami dan dulunya dipercaya sebagai penolak bala karena lambangnya yang jika dilihat lebih dekat membentuk tanda +. Kain ini hanya digunakan pada upacara-upacara adat di Desa Adat Tenganan. 
Melihat lebih dekat pembuatan dan sejarah menarik tenun pegringsingan membuat gue mengerti kenapa batik & tenun (yang handmade bukan cap/cetak) harganya selangit. Dan gue jadi semakin respect sama tekstil tradisional Indonesia. Senangnya, Adenari akan bikin publikasi tentang tenun Pegringsingan. Gue jadi ikut excited untuk segera lihat hasilnya. Good luck, De!

Next place is beach. Ke Bali tapi gak ke pantai rasanya kok gak afdol ya. Tapi sepanjang Karangasem itu pemandangan yang bakal kalian temukan adalah pantai tanpa pasair putih, mayoritas pantai karang. Sedangkan gue dan Ade udah ngebet banget mau lihat pantai pasir putih untuk leha-leha. Hasil gugel penuh kesabaran, akhirnya kita menemukan sebuah informasi mengenai pantai pasir putih di desa Perasi. Agak susah nyarinya tapi kalau tanya penduduk sekitar pasti tahu kok, dikenal dengan White Sand Beach / Pantai Perasi / Virgin Beach / Pantai Pasir Putih. Pantainya bagus banget, masih sepi, bersih, tenang. Kaya private beach sungguh. Sudah ada beberapa kios makanan tapi penjualnya gak gengges kok. You should come by kalau lagi melewati Candidasa menuju kota Karangasem. Oh iya, kalau mau kesana jangan pakai mobil yang bempernya rendah ya. Nanti kaya saya sama Ade, yang bemper mobilnya langsung ngempleh seketika karena maksain lewat jalanan berbatu. Yang tadinya mau berenang-berenang lucu malah nongkrong di bengkel -.-

Malam terakhir, kita milih untuk sedikit pampering ourselves dengan makan ringan di salah satu restoran di deretan Candidasa. Dan pilihan kami tertuju sama The Watergarden Restaurant. It's a small but somehow I love the atmosphere there. Cuma ada beberapa bule around 50 y.o having conversation. Dan sisanya ya gue dan Ade. We ordered Watergarden Meat Feast, and it's quite nice thin-crust pizza dengan isi yang banyak.

Mayoritas wisatawan di Candidasa memang turis asing, jarang bahkan gak pernah gue lihat turis lokal. Dan kebanyakan yang datang ya pasangan yang lagi honeymoon, atau oma-opa yang sedang memadu cinta, atau cuma stay beberapa  hari untuk selanjutnya ke Amed, Tulamben, atau nyebrang ke Lombok lewat Padang Bai.


Sayang sih kalau gue lihat kondisi Candidasa ini. Potensinya oke tapi kurang dimanfaatkan entah mengapa. Kata Ade semenjak bom Bali tahun 2002 dan 2004 jumlah wisatawan disini memang menurun drastis. Gue yang menyempatkan jalan kaki malem-malem, merasa kondisinya agak spooky. Beberapa gak ada penerangan jalan dan banyak anjing liar berkeliaran. But I don't mind to go back, for Amed maybe ;)



One from four entrances to Desa Adat Tenganan. Dead bird glued to the gate.
Egg-shell cactus :)
One of the ritual at Desa Adat Tenganan. The dark brown weaving is tenun ikat gringsing.
afternoon activities.
lovely facade
The Watergarden restaurant
Track to Perasi Beach. Beware! \m/

And this is short clip about Desa Adat Tenganan and Pantai Perasi :)



Have a good day and 
HAPPY EASTER COSMER! :)

No comments:

Post a Comment